Pernah aku terpuruk, terbengkalai oleh waktu, tapi tak terjamah titipan gundah. Aku menangis pada langit, marah pada dedaunan, dan mempertanyakan mengapa rumput masih bergoyang?
Ah, tak tertepis angan yang tak berujung seperti malam ini, aku rindu sosoknya. Cintanya setinggi langit ke tujuh di saat aku terpuruk dalam. Ia merangkulku dengan hangatnya, seperti ombak yang tak ingin meninggalkan lautan. Akui terhanyut lelap, namun tak pernah terbuai riang.
Dalam waktu yang tak berhasil mengurai tangis ku, ia hadir kembali. Ibu, ia menahan rindu di ufuk timur mentari terbit. Cintanya tak bertepi, kasihnya penuh makna. Aku ingin sepertinya, sungguh… Seperti aliran kasihnya yang tak pernah kan berakhir, aku mendambanya, pun ia telah jauh.