Pages

Selasa, 10 Mei 2011

Fatamorgana

Fatamorgana

Mengamarah kepak jingga yang ditebas gerimis
Selaksa padam pada keharibaan malam
Mengalunlah pendar-pendar rindu ibunda yang menipis
Setebal tanah yang kian terkikis
Harap jangan gali cinta ibuku yang tak tertanam

Fatamorgana!
Sedang pada lapak hati yang menyimbah asa aku telah mati
Ibu dengan lapang dada membunuh aku dalam bungkam rindu
Tak berkesudahan pula lapisan luka yang mengendap
Pada pelik angin rindu yang tak berpusara nanda terkatung
Lalu pada temu yang menyesak dada semakin saja gigih terpental-pental

Maka
Pada mimpi nanda yang berpetak
Sampaikan salam penuh cinta
Biar mengakar di pelupuk
Meski pada jiwanya cinta itu takkan merambat



Barru, 6 Maret 2011

Pesan

Pada dingin yang merasuki
Pada bebunyian sumbang yang menghias malam
Pada bintang yang tak nampak di bagian langit ini
Sampaikan
Pada pagi yang menyanjung bening embun
"aku dalam sepi yang sekarat!"

Barru, jelang pagi 8 Maret 2011

Makilah Aku Cinta!

Makilah Aku Cinta!

Entah kemana perginya kesederhanaan tutur yang ku punya?
Atau harus ku tanyakan, ditelan siapa keberanian yang ku punya?
Keduanya raib
Ini aku yang hampir binasa
Melonglonglah tangis atas kehilangan ini
Makilah aku cinta!
Pada bait-baitku yang telah tak bermakna


Barru, 09 Maret 2011

Kau dan Mimpi-Mimpiku

kau

sampai pada batas jengahku melantun namamu dalam doa
memecah mimpiku menjadi dua petak
tersiratlah rasa yang ku sebut benci pada batas inginku menjadikanmu pemimpin

sampai di sini saja mimpi-mimpi yang kau imingkan
aku dalam lelah yang terlalu
sungguh


Barru, 9 Maret 2011

Hakikat Alam yang Mengamarah

dan diluluhlantahkanlah segala amarah
olehNya pada perut bumi yang mengganas

maka kepadaNya menderas pula doa dan sesal dosa
satu satu Ia rebahkan miliknya
menyatu pada gelimpangan bencana bersebab

oleh segala alasanNya
pada sembah sujud dan sesal



Barru, 21 Maret 2011

Pada Lidah yang Tak Bertulang

hei kau
perempuan jalang yang setiap tuturmu adalah belati
pada ujung lidahku yang tak bertulang kau tercaci sepanjang waktu
bukan semata marahku yang terlalu
hanya refleksi
bagimu yang ibarat mengupas kornea kami

bedebah!

biarkan aku menghina
kau jalang
kau sial

atas segala hina yang kau morengkan pada wajah ibuku
aku sekujur tubuh adalah benci yang membara
untukmu


Barru, 13 Maret 2011

di jakunmu, aku terkatung

aku dalam sepotong hasrat yang bertalu
berandai, madu sedang leler di sudut bibirmu
lalu aku dengan dahaga menyicip tanpa ragu
meski tak mengapa tanpa malu

adalah aku, dewi yang memujamu di gundukan jakun
terkatung di antara alur yang naik turun
tiada pongah walau tertegun
menikmati riwayat madu yang mengalir; pada jakunmu ia mengalun

liat dalam tari yang beradu
kita dalam gelora yang tak tahu malu
dan semua tiada pernah meragu;
bahwa kita adalah hasrat yang membisu


Makassar, 23 Maret 2011

Lapak Batin

;kita dalam seteru kalbi yang mengancam
adalah pekik yang menohok
pada ucap yang menajam
serta luka yang kian membatin


Makassar, 23 Maret 2011

Bunda dalam Luka Hati yang Bernanah

memuncak dosa pada yang muda
kelak kita hanya meminta ampun dalam renggukan sujud di kakinya
kepada yang terkasih
bunda yang masih mencinta
ampuni kami;
buah rahim penuh dosa ini
serta kepadanya;
yang menyakitimu




Barru, 26 Maret 2011

Lelakiku

tiada waktu meredam bara rindu
sempat teringat, sekian pekan tak menuliskan pekik rindu

pada jingga maharani mencurah rasa
ada rindu yang tiba-tiba memoar kembali
menyembul pada gaung luka lama
o, lelakiku
aku ini dihujani rindu yang berbatu

terkikis pula karat jengah oleh kau yang lengah
terlalu pandai memahat hati yang rapuh
mendamba aku pada guratan rindu yang selalu
kau masih raja dalam kerajaan hati yang nyaris tumbang

wahai lelakiku yang mengusik sore
ku titip serpihan hati yang telah kau hempaskan
pada jingga yang merona
harap utuhkan di sana;
di antara tepian hatimu yang hangat



Barru, 27 Maret 2011

Munajat April Pagi

semisal coretan pagi dengan dingin
merasuk di jengkal belulang
kaukah hembusan doa yang tersibak
ibarat tutur-tutur pinta dalam angin

April pagi,
bermunajat doa setelah basmalah
refleksi diri yang mendosa
pada khilaf-khilaf diurai ampunan
Tuhan di ingin yang tak terbahasakan

adalah April yang basah
rinai hujan;
dingin dalam doa
dan doa yang dingin

lesap dosa oleh doa
dalam dingin
April pagi dan hujan;
langit dan hulu matamu



Makassar, 1 April 2011

Sajak Seorang Perawat

dan memekiklah sesal yang teramat sangat
putih kembali berdarah
semisal hidup yang terkatung
hidupnya adalah pembaringan
dan aku roda yang menghantarnya


Kamar Operasi, 5 April 2011

Subuh dan Mikail di Sampingmu

kau tahu?
pagi buta ini Mikail sedang mematai
entah pada menit keberapa kau terlelap

bising pada denyut jantung yang kian melaun
pertandakah Mikail sedang di sampingmu?
ah, aku tak pandai mengendus wanginya

semoga subuh ini Mikail melewatkanmu
atas tetestetes air mata ibumu yang tidak berencana


ICU, 12 April 2011

Putih Empat April

diam mengernyit seisi lapak yang memutih
hingga jengah pada raga tanpa dengki
jelaga menganyam diam selepas pandang
di tepian nafas ia mengadu aduh

pelan ingin lari
dalam keharibaan siang yang terpenjara
putih
aku benci putih berdarah!
dan dia dalam putih yang tak suci


Ruang operasi RSUL, 4 April 2011

Bukan Puisi!

dan cemburu itu kejam, mencoba membuatku menjadi jahat!


Pinrang, April 2011

Sepekan

lagi
terketukketuk pintu dalam sepi bergidik
seketika terbuka meski pelan kau menyusup sumbang dalam laun langkah
kau kah pencuri yang senantiasa menukar tawa?
lalu kau bawa pergi setiap duka mengendap di genggaman
dan aku berpurapura

lagi
kau menembus pintupintu nurani
seperti di sini kau kumpulkan tawatawaku yang terbawa angin
entah dimana kau simpan lukamu sendiri
yang ku tahu sejak itu aku suka menguburnya
...

dan tak lagi
langkah yang mengendapendap memasuki pintu ini
sepekan menunggu hantaran tawa dan aku lelah
maka ku gali kembali duka
sebab itu saja,
mungkin kau hendak kembali


Pinrang, 21 April 2011

Temali Bunuhi Aku Dalam Diam

luka dalam eratan yang laun tak lekat
seperti inikah sayatan ikatan yang terlampau menguat

dan ikatan itu pelanpelan membunuh
sebab aku dalam cekikan ikatanmu yang liat,
kawan


Pinrang, 22042011

Akhir Pekan Kedua

jika saja dia bukanlah kau
yakin hati menggelepar kau lenakan

dan menjelang akhir pekan ini
prasasti namamu telah retak


Pinrang, 27 April 2011

Sisa Mimpi di Mei Pagi

sisa mimpi di Mei pagi
merasai dalam diam yang beku
kau tahu?
seketika aku mencaritahumu

ditebas mimpi,
tak patah aku pada harap
sebab aku telah menjadi mimpi yang berbatu
sebab kau adalah air mataku
tersebut dalam doadoa
mengamini untuk berdiri di sampingmu kelak


Makassar, 2 Mei 2011

Kisah Musiman di Kota Tua

lagi,
jejak pongah oleh pedih
sebab kenangan tak menua
dan kikisan rindu yang tiada mengendap
lalu di altar itu,
kekasih menjadi angin
sebab aku adalah dedaun perindu
meski di kota tua ini hujan tiada jengah

di kota tua,
berguguran pucuk rindu
lalu aku kian melapuk
dan kau menjelma angin,
melesap,
menjauh




Makassar, 6 Mei 2011

Cerita Jingga

jingga yang menua, dan alam semakin membisu
memutar waktu dalam lelap, dan kenangan telah menjadi abu yang ditiup angin hilir
sebab dalam diam hanya menunggumu, dan aku kian rapuh


Makassar, 10 Mei 2011